Thursday, October 8, 2009

Membisniskan proyek angkasa luar

Apakah peran swasta belakangan ini dengan bisnis teknologi ruang angkasa??? Lalu mengapa di Indonesia tidak ada perusahaan swasta di penerbangan angkasa luar??

Sebenarnya saat-nya anak muda Indonesia mendirikan perusahaan-perusahaan penerbangan angkasa luar, toh di luar negeri saja, belum ada swasta murni yang menerbangkan paket astronot ke ruang angkasa seperti yang dilakukan oleh badan-badan angkasa luar negara.

Spaceshipone saja masih berkutat dalam pengembangan teknologi, lima tahun sejak didirikan. Lalu mengapa mereka survive.

Perusahaan-perusahaan ruang angksa swasta belakangan ini hanya menjual ide. Mereka membisniskan ide-ide dan mimpi. Walau belum bisa menawarkan bisnis ril penerbangan angkasa luar yang sebenarnya.

Bisnis ini ide ini melahirkan bisnis turunan lainnya yang tak kalah kecil omsetnya, yakni souvenir, mal-mal atau plaza-plaza planetarium, bisnis software angkasa luar, bisnis mercandise, bisnis alat laboratorium ruang angkasa sekolah, bisnis produksi bahan-bahan dasar roket model yang sangat digemari para siswa dll.

Bisnis turunan inilah yang berperan penting dalam mendanai banyak riset-riset yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Jadi penerbangan swasta angkasa murni belum sepenuhnya terwujud.

So saatntya bagi anda yang tertarik untuk berbisnis untuk membuka perusahaan atau EO atau lain sebagainya untuk menggarap bisnis ruang angkasa seperti ini. Indonesia harus mendukung UKM-UKM yang bergerak di bisnis ruang angkasa.

Suatu saat kelak, komposit dan struktur roket serta penak-pernik astronot akan dibuat dan dirakit sendiri oleh perajian rumah tangga di Indonesia. Why not???

Sebagai negara pengrajin yang menhasilkan dan memprduksi produk murah meriah, Indonesia harus mampu mengambil alih teknologi dan membuat industri ini murah meriah dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Baca juga artikel ini:

Five Years Later, Suborbital Space Tourism Remains About Two Years Away

It has been five years since SpaceShipOne, the first privately financed manned spacecraft, captured the Ansari X Prize on Oct. 4, 2004, by demonstrating that a reusable rocket capable of carrying passengers could fly more than 62 miles high twice within two weeks — showing reliability and commercial viability.

Enthusiasm over SpaceShipOne’s feats was so high that year that even before the prize-winning flight, British mogul Richard Branson announced an agreement to use the technology in a second-generation design, SpaceShipTwo, to fly commercial passengers into space under the Virgin Galactic banner by 2007.

It seemed that anyone who had the money would soon be experiencing what SpaceShipOne pilot Brian Binnie called “literally a rush — you light that motor off and the world wakes up around you.” And then the sensation of weightlessness and the sight of the world far below.

Turning the dream into reality has taken longer than many expected in those days, and spaceflight remains the realm of government astronauts and a handful of extraordinarily wealthy people who have paid millions for rides on Russian rockets to the international space station.



No comments:

Post a Comment

Antariksa

Made In Indonesia

Falak dan Antariksa

Beasiswa dan Lowongan Kerja

-::[AIRCRAFT CARRIER INDONESIA]::-