Friday, July 9, 2010

Demam riset teknologi antariksa di Indonesia

Perlunya riset sebagai peningkatan disiplin ilmu dan guna memenuhi tugas belajar mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan lembaga-lembaga penelitian milik negara.

Lembaga penelitian, dalam hal ini Lapan selalu terbuka untuk berbagi pengetahuan di bidang kedirgantaraan kepada mahasiswa, baik kunjungan ilmiah maupun kerjasama riset. Demikian diuraikan Ka. Bid. Teknologi Ruas Bumi Dirgantara Lapan, Chusnul Tri Judianto, ST. saat menyambut kunjungan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Lapan Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/7).

Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi (HMEI) Fakultas MIPA melakukan kunjungan ilmiah ke fasilitas-fasilitas penelitian yang ada di Lapan Rumpin. Kunjungan berawal ke laboratorium Supersonik dan Subsonik, Stasiun Bumi, dan berakhir di Hanggar Bidang Kendali Roket.

Sebanyak 98 mahasiswa dan dua orang dosen pendamping mendapat informasi secara umum penelitian yang dilakukan Lapan, yakni penelitian dan pengembangan teknologi roket, satelit, aplikasi penginderaan jauh, sains antariksa, atmosfer dan iklim, juga teknologi spin-off.

Peneliti aerodinamika Lapan, Lidya Kristina Panjaitan, ST., Sayr Bahri, ST, dan Heru Budihartono, SH menjelaskan fungsi dan manfaat data uji validasi terowongan angin supersonik dan subsonik. Saat melakukan pengujian model aeronautika di laboratorium supersonik, dihasilkan data dengan kecepatan 3,08 mach. Laboratorium supersonik merupakan fasilitas pengujian model wahana terbang yang berkecepatan lebih dari 1 mach. Fasilitas ini dapat melakukan pengamatan secara visual terhadap gelombang kejut (shockwave) dengan menggunakan schlieren apparatus.

Selain itu, laboratorium supersonik berfungsi untuk mengukur karakteristik data-data aerodinamika dari model uji untuk keperluan observasi dan optimasi pada perancangan wahana terbang berkecepatan tinggi seperti pesawat terbang dan roket.

Lain halnya dengan laboratorium subsonik, fasilitas ini untuk pengujian model berkecepatan kurang dari 0,14 mach. Selain pengujian model aeronautik, laboratorium ini dapat dimanfaatkan untuk pengujian model non aeronautik seperti kendaraan bermotor, jembatan, menara, turbin angin, kapal laut, dan lain-lain.

Di stasiun bumi, Chusnul Tri Judianto, ST. dan peneliti Lapan, Sony Dwi Harsono, ST mendemokan hasil-hasil pantauan permukaan bumi dari satelit Lapan-TUBSat. Satelit hasil karya anak bangsa ini mampu memantau objek secara langsung dengan jernih, terutama daerah gurun. Menurut chusnul, satelit mikro ini banyak diminati negara-negara maju guna dikembangkan lebih lanjut penelitiannya. Ia memperkirakan perkembangan teknologi satelit mikro ini akan terus maju sampai lima tahun ke depan.

Rencananya, pada 2011, Lapan akan meluncurkan dua satelit mikro lainnya sekaligus, yakni satelit Lapan-A2 dan Lapan-A3. kedua satelit ini akan ditempatkan di orbit ekuatorial dengan ketinggian 630 km di atas permukaan laut. Dengan adanya kedua satelit ini, diharapkan pantauan wilayah Indonesia akan lebih sering dan lebih luas. Tak hanya satelit mikro, Sony menambahkan penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan dari beberapa jenis-jenis satelit lainnya.

Sedangkan, di Hanggar Bidang Kendali Roket, plt. Kabid Kendali, Herma Yudhi Irwanto, M. Eng. menjelaskan beberapa riset teknologi peroketan di Lapan. Di antaranya, riset untuk pengujian dan pengembangan telemetri dan pengembangan muatan (payload) roket baik balistik maupun kendali. Juga riset desain roket mulai dari moncong roket (nose), bodi hingga sirip roket. Riset ini untuk mendapatkan keakuratan dan kestabilan roket. Ia juga menerangkan beberapa jenis roket eksperimen yang telah Lapan lakukan. Termasuk rencana Lapan, untuk meluncurkan satelit sendiri dengan roket peluncur buatan Lapan pada 2014 nanti.

No comments:

Post a Comment

Antariksa

Made In Indonesia

Falak dan Antariksa

Beasiswa dan Lowongan Kerja

-::[AIRCRAFT CARRIER INDONESIA]::-