Showing posts with label lapan. Show all posts
Showing posts with label lapan. Show all posts

Thursday, January 5, 2017

Etiopia Ingin Belajar Ilmu Antariksa dari LAPAN

SPACE TOURISM INDONESIA -- Ethiopia menyatakan minatnya untuk mempelajari sektor penerbangan dan antariksa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), untuk meningkatkan sumber daya di bidang tersebut.

Dalam keterangan resmi Lapan, Ethiopia mengirimkan 45 mahasiswanya ke Indonesia untuk mempelajari teknologi penerbangan dan antariksa dari Lapan melalui berbagai program beasiswa yang dikeluarkan pemeeintah negara tersebut.

“Ethiopia ingin belajar dari Indonesia, karena minimnya sumber daya manusia di bidang penerbangan dan antariksa dari negara itu,” isi keterangan resmi Lapan, Jumat (23/12).

Rombongan mahasiswa Ethiopia didampingi oleh Allega Hairu Teffera dari Kedutaan Besar Ethiopia di Indonesia. Rombongan mengunjungi kantor Lapan, untuk memperdalam pengetahuan mengenai bidang riset Lapan.

Lapan sendiri memiliki kompetensi utama di bidang sains antariksa dan sains atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh, serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.

Nantinya, Ethiopia juga akan mengirimkan tenaga ahlinya, untuk mempelajari lebih jauh terkait penerbangan dan antariksa dan diimplementasikan di negaranya.

Lapan memiliki visi dan pengalaman di bidang penerbangan, serta antariksa yang baik, sehingga akan mendorong negara tersebut melakukan join research dengan Indonesia.

More

Wednesday, May 11, 2011

Another SLV Rocket From Lapan

Indonesia's space agency, LAPAN, unveils its first prototype of satellite launch vehicle (SLV) or RPS (Roket Pembawa Satelit) in Indo-Defence, Indo Aerospace, and Indo Marine 2010 exhibition (IDAM 2010).

The exhibition arranged by The ministry of defense is part of Indonesia's effort to explore outer space for the benefit of human kind, especially, Indonesians. The exhibition occurred in 10-13 November 2010 in JIEXPO Kemayoran, Jakarta.

LAPAN rockets are classified "RX" (Roket Eksperimental) followed by the diameter in millimeters. For example, the RX-100 has a diameter of 100 mm. LAPAN's current workhouse rocket propulsion system consists of four stages, namely the three-stage RX 420 and the RX-320 level. It is planned to use the RX-420 as a booster (rocket booster) RPS for the planned Roket Pengorbit Satelit ("Orbital Satellite Rocket") planned to fly in 2014. In 2008 optimistic hopes were that this rocket,. known as SLV (Satellite Launch Vehicle) would first be launched in Indonesia to 2012, and if there were extra funds pursuant to the good economic situation of 2007-8, possibly the year 2010. In fact, the LAPAN budget for 2008 and 2007 was Rp 200 billion (approximately USD $20million). Budgetary issues surrounding the international credit crises of 2008-2009 placed many Indonesian technical projects in jeopardy most especially the complete development of RX-420 and associated micro-satellite program to world-class standards ahead of project finalization schedule and the opportunity to work together with the world institutions. LAPAN hopes to be an educating partner with Indian Aerospace in sciences related to satellite.

At November 11, 2010, LAPAN spokesman said the RX-550 rocket would undergo a static test in December this year and a flight test in 2012. The rocket will consist of four stages, will be part of an RPS-01 rocket to put a satellite in orbit. Before, the Polar LAPAN-TUBSAT (LAPAN-A1) satellite created in cooperation with Germany was successfully placed in orbit and until now still functioning well. The aim is to have home-made rockets and satellites.

LAPAN has re-established and rejuvenated Indonesian expertise in rocket and missile based weapons systems in cooperation with the TNI AL [Armed Forces of Indonesia] began in 2005. In April 2008, Indonesian TNI began a new missile research program alongside LAPAN. Prior to this, eight projects were sponsored by the TNI in Malacca monitoring with satellite remote LAPAN-TUBSat, most especially the theft of timber and alleged encroachment on Indonesian territorial waters in the 2009 escalation over Malaysia's claims to the huge gas fields off Ambalat-island.

Saturday, July 10, 2010

Wooow: Anak Bangsa Mampu Bangun Satelit

Indonesia merupakan negara yang besar. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan antariksa untuk telekomunikasi, penginderaan jauh, pendidikan, dan pemantauan bencana. Dengan demikian, Indonesia perlu berusaha untuk mencapai kemandirian bangsa di bidang ini.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara (Pustekelegan), Drs. Toto Marnanto Kadri, saat menjadi pembicara pada workshop Teknologi Survei Kebumian dan Pemetaan di Gedung BPPT 1, Jakarta.

Toto berpendapat, upaya mengembangkan satelit di Indonesia telah ditempuh Lapan melalui Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara. Lapan juga bekerja sama dengan Technical University of Berlin untuk mengembangkan satelit Lapan-Tubsat atau Lapan A1. Lapan-Tubsat telah diluncurkan pada 2007 di India. “Satelit ini merupakan satelit pertama buatan anak bangsa Indonesia dengan pengawasan dari universitas tersebut,” ujarnya.

Selain Lapan A1, di workshop tersebut, Toto juga memperkenalkan tiga satelit mikro yang sedang dibangun Lapan. Satelit tersebut yaitu Lapan A2, Lapan-Orari atau Lapan A3, dan LI-Sat.

Satelit Lapan A2 akan mengorbit secara ekuatorial ini. Nantinya, satelit ini dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana, pemantauan sumber daya alam, dan pengamatan bulan. ”Satelit ini akan melewati Indonesia setiap 97 menit,” ia menjelaskan.

Lapan-Orari atau Lapan A3 merupakan satelit yang akan membawa muatan komunikasi radio Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Satelit ini bermisi sebagai media pendeteksi dan penanggulangan bencana. Lapan-Orari ditempatkan pada orbit yang sama dengan Lapan A2. Menurut Toto, rencananya kedua satelit tersebut akan diluncurkan bersama pada 2011 dengan menggunakan roket India.

Li-Sat merupakan kerja sama Lapan dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Satelit yang rencananya diorbitkan pada 2014 ini, berfungsi untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. Satelit tersebut akan diluncurkan pada orbit polar. ”Diharapkan, dengan satelit ini Indonesia akan memperoleh informasi tematik siklus tanaman padi,” Toto menjelaskan.

Workshop Teknologi Survei Kebumian dan Pemetaan diadakan oleh Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek), Bakosurtanal, Lapan, dan BPPT. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bakosurtanal, Dr. Asep Karsidi. Selain Toto, Ir. Bebas Purnawan, M. Sc. dari Bakosurtanal, Dr. Ir. Ridwan Djamaludin, M. Sc. dari BPPT, serta Beni Hermawan, M. Si. dari BPN turut mengisi acara tersebut.

Friday, July 9, 2010

Demam riset teknologi antariksa di Indonesia

Perlunya riset sebagai peningkatan disiplin ilmu dan guna memenuhi tugas belajar mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan lembaga-lembaga penelitian milik negara.

Lembaga penelitian, dalam hal ini Lapan selalu terbuka untuk berbagi pengetahuan di bidang kedirgantaraan kepada mahasiswa, baik kunjungan ilmiah maupun kerjasama riset. Demikian diuraikan Ka. Bid. Teknologi Ruas Bumi Dirgantara Lapan, Chusnul Tri Judianto, ST. saat menyambut kunjungan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Lapan Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/7).

Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi (HMEI) Fakultas MIPA melakukan kunjungan ilmiah ke fasilitas-fasilitas penelitian yang ada di Lapan Rumpin. Kunjungan berawal ke laboratorium Supersonik dan Subsonik, Stasiun Bumi, dan berakhir di Hanggar Bidang Kendali Roket.

Sebanyak 98 mahasiswa dan dua orang dosen pendamping mendapat informasi secara umum penelitian yang dilakukan Lapan, yakni penelitian dan pengembangan teknologi roket, satelit, aplikasi penginderaan jauh, sains antariksa, atmosfer dan iklim, juga teknologi spin-off.

Peneliti aerodinamika Lapan, Lidya Kristina Panjaitan, ST., Sayr Bahri, ST, dan Heru Budihartono, SH menjelaskan fungsi dan manfaat data uji validasi terowongan angin supersonik dan subsonik. Saat melakukan pengujian model aeronautika di laboratorium supersonik, dihasilkan data dengan kecepatan 3,08 mach. Laboratorium supersonik merupakan fasilitas pengujian model wahana terbang yang berkecepatan lebih dari 1 mach. Fasilitas ini dapat melakukan pengamatan secara visual terhadap gelombang kejut (shockwave) dengan menggunakan schlieren apparatus.

Selain itu, laboratorium supersonik berfungsi untuk mengukur karakteristik data-data aerodinamika dari model uji untuk keperluan observasi dan optimasi pada perancangan wahana terbang berkecepatan tinggi seperti pesawat terbang dan roket.

Lain halnya dengan laboratorium subsonik, fasilitas ini untuk pengujian model berkecepatan kurang dari 0,14 mach. Selain pengujian model aeronautik, laboratorium ini dapat dimanfaatkan untuk pengujian model non aeronautik seperti kendaraan bermotor, jembatan, menara, turbin angin, kapal laut, dan lain-lain.

Di stasiun bumi, Chusnul Tri Judianto, ST. dan peneliti Lapan, Sony Dwi Harsono, ST mendemokan hasil-hasil pantauan permukaan bumi dari satelit Lapan-TUBSat. Satelit hasil karya anak bangsa ini mampu memantau objek secara langsung dengan jernih, terutama daerah gurun. Menurut chusnul, satelit mikro ini banyak diminati negara-negara maju guna dikembangkan lebih lanjut penelitiannya. Ia memperkirakan perkembangan teknologi satelit mikro ini akan terus maju sampai lima tahun ke depan.

Rencananya, pada 2011, Lapan akan meluncurkan dua satelit mikro lainnya sekaligus, yakni satelit Lapan-A2 dan Lapan-A3. kedua satelit ini akan ditempatkan di orbit ekuatorial dengan ketinggian 630 km di atas permukaan laut. Dengan adanya kedua satelit ini, diharapkan pantauan wilayah Indonesia akan lebih sering dan lebih luas. Tak hanya satelit mikro, Sony menambahkan penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan dari beberapa jenis-jenis satelit lainnya.

Sedangkan, di Hanggar Bidang Kendali Roket, plt. Kabid Kendali, Herma Yudhi Irwanto, M. Eng. menjelaskan beberapa riset teknologi peroketan di Lapan. Di antaranya, riset untuk pengujian dan pengembangan telemetri dan pengembangan muatan (payload) roket baik balistik maupun kendali. Juga riset desain roket mulai dari moncong roket (nose), bodi hingga sirip roket. Riset ini untuk mendapatkan keakuratan dan kestabilan roket. Ia juga menerangkan beberapa jenis roket eksperimen yang telah Lapan lakukan. Termasuk rencana Lapan, untuk meluncurkan satelit sendiri dengan roket peluncur buatan Lapan pada 2014 nanti.

Tuesday, June 29, 2010

STMIK Potensi Utama, Medan, Juara Desain Terbaik Kompetisi Roket Indonesia 2010

Tim dari PENS-ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya meraih juara pertama dan menyingkirkan 39 tim lainnya dalam Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 yang digelar di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta.

PENS-ITS lolos sebagai yang terbaik dalam penilaian peluncuran roket yang digelar Minggu (27/6) setelah sebelumnya melalui beberapa tahapan seleksi, kata Kabag Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Elly Kuntjahyowati di Jakarta, Selasa.

Meraih juara dua dalam kompetisi yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional dan LAPAN itu adalah tim dari Universitas Pelita Harapan Jakarta.

Sementara tim Universitas Komputer Indonesia Bandung meraih juara ketiga, namun Elly Kuntjahyowati tidak merinci perolehan poin dari masing-masing peraih juara tersebut.

Tahapan dalam kompetisi meliputi dari seleksi proposal, workshop pengenalan teknologi peroketan, peluncuran dan uji terbang muatan roket, kemudian uji fungsional, dan terakhir penilaian peluncuran roket.

Berikut tim-tim yang menjuarai Korindo 2010 menurut keterangan yang dilansir oleh LAPAN melalui Kabag Humas lembaga itu Elly Kuntjahyowati:

* Juara I: PENS-ITS Surabaya
* Juara II: Universitas Pelita Harapan
* Juara III: Universitas Komputer Indonesia Bandung

* Juara Harapan I: Poltek TEDC Bandung
* Juara Harapan II: Universitas Negeri Semarang
* Juara Harapan III: Universitas Tarumanegara

* Juara Faforit: Universitas Indonesia
* Juara Kreativitas Terbaik: Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
* Juara Desain Terbaik: STMIK Potensi Utama, Medan

Monday, June 28, 2010

Lapan Targetkan Mampu Orbitkan Satelit Sendiri pada tahun 2010

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan pada 2010 sudah mampu mengorbitkan satelit sendiri, kata Kepala Pusat Teknologi Terapan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rika Andiarti di sela penyelenggaraan Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, Sabtu.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan dengan matang rencana peluncuran roket pengorbit satelit. Saat ini mungkin baru akan meluncurkan satelit "Nano" dengan berat di bawah 10 kilogram," katanya.

Menurut Rika Andiarti , satelit "nano" ini dapat difungsikan untuk pemantauan suhu udara maupun kelembabab udara dan -data kecil atau sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan satelit.

"Ke depan kami targetkan mampu mengorbitkan satelit berukuran besar seperti yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan lainnya," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan berbagai persiapan uji coba peluncuran roket pengorbit satelit.

"Lima tahun ke depan kami harus sudah mampu memproduksi roket peluncur satelit berukuran besar, sehingga Indonesia tidak lagi meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit," kata Rika .

Jamin keamanan

Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Djamasri menambahkan, dengan mengorbitkan sendiri atelit maka keamanan negara akan lebih terjamin.

"Saat ini Indonesia masih meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit, dan ini sangat rawan karena muatan roket dan satelit bisa disusupi kepentingan negara pengorbit satelit," katanya.

Profesor Djamasri mengatakan, teknologi kedirgantaraan khusunya tentang roket sangat bermanfaat dan bisa untuk berbagai kepentingan seperti mitgasi bencana. Teknologi kedirgantaraan juga sangat mendukung untuk kepentingan pertahanan Indonesia .

"Jika dari Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul kita mampu membuat roket dengan daya luncur antara 3.000 hingga 5.000 kilometer maka pertahanan akan semakin kokoh dan negara lain tidak akan seenaknya," katanya.

Antariksa

Made In Indonesia

Falak dan Antariksa

Beasiswa dan Lowongan Kerja

-::[AIRCRAFT CARRIER INDONESIA]::-